MEMBUAT BATERAI
BERDASARKAN PRINSIP SEL VOLTA
Dalam
kehidupan sehari-hari, kita telah mengenal banyak sekali batu baterai. Batu
baterai yang beredar di pasaran memiliki tegangan berkisar 1,5 Volt biasanya
berbentuk tabung dan 9 Volt yang biasanya berbentuk kotak. Tidak bisa
dipungkiri lagi, batu baterai sangat diperlukan sebagai sumber listrik yang
digunakan untuk menjalankan peralatan elektronika. Batu baterai ditemukan
berdasarkan prinsip kerja Sel Volta, yang memanfaatkan larutan asam sulfat (H2SO4)
sebagai larutan elektrolit dan 2 buah logam yaitu tembaga dan seng sebagai elektrodanya.
Untuk
membuat baterai berdasarkan sel volta, kita tidak perlu beresiko menggunakan
larutan asam sulfat, ada beberapa bahan yang bisa ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari sebagai pengganti asam sulfat. Sumber Arus Listrik merupakan salah
satu materi dari palajaran Fisika kelas 9. Penulis mengajak siswa-siswi kelas 9
untuk membandingkan tegangan yang dihasilkan dari beberapa bahan pengganti
larutan sulfat yang ada.
Berikut ini akan dijabarkan beberapa bahan dan
alat-alat yang digunakan untuk membuat sel volta sederhana.
Bahan yang digunakan
antara lain
- Ubi/ singkong, jeruk, mangga, kentang, tomat, jeruk nipis, lemon dan cuka sebagai larutan elektrolitnya.
- Paku seng sebagai elektroda dan kawat tembaga yang bisa didapat dari kabel instalasi listrik.
- Basicmeter atau multitester sebagai alat untuk mengetahui adanya tegangan sekaligus sebagai alat ukur.
- Jepit buaya sebagai penghubung.
- Gelas ukur dan lakban kertas jika larutan elektrolitnya cuka.
Cara membuatnya
- Untuk elektrolit dari buah-buahan, kita cukup menancapkan paku seng dan tembaga pada kedua sisinya. Namun jika yang digunakan cuka, cuka dituang sebanyak 50 ml pada gelas ukur, rekatkan mulut gelas dengan lakban kertas kemudian dilubangi dengan tembaga dan paku seng.
- Masing-masing logam dihubungkan dengan jepit buaya.
- Jepit buaya dihubungkan dengan multitester atau basicmeter.
- Kemudian diukur.
- Pilih selector pada DCV.
- Sambungkan dengan jepit buaya yang sisi lainnya telah tersambung dengan logam. Jika jarum bergerak mundur, maka sambungan jepit buaya ditukar.
- Perhitungan pada pengukuran bisa dilakukan seperti berikut
Contoh, jika jarum petunjuk menunjuk angka 12 dengan
skala maksimum 50, dan selector menunjukkan angka 2.5, maka dihitung sebagai
berikut:
Hasil data rata-rata
pecobaan 8 kelompok adalah sebagai berikut:
Nama bahan
|
Tegangan (VDC)
|
Nama bahan
|
Tegangan (VDC)
|
Ubi
|
0,41 V
|
Kentang
|
0,43 V
|
Jeruk
|
0,58 V
|
Tomat
|
0,74 V
|
Mangga
|
0,87 V
|
Jeruk nipis
|
0,2 V
|
Cuka
|
0,58 V
|
Lemon
|
0,53 V
|
Dari
data hasil percobaan yang diperoleh siswa-siswi, ternyata dapat disimpulkan
dengan urutan tegangan dari yang terkecil sampai tegangan yang paling besar,
yaitu jeruk nipis, ubi, kentang, cuka, lemon, jeruk, tomat, dan mangga. Namun
hasil yang diperoleh belum tentu akurat karena
- Adanya pengaruh peristiwa polarisasi yang terjadi pada batang elektroda, padahal batang-batang elektroda tersebut digunakan berkali-kali untuk pengamatan 8 kelompok.
- Proses pembacaan jarum pada basicmeter atau multitester analog.
- Proses perhitungan untuk menentukan nilai tegangan
Agar percobaan lebih menarik, dapat menambahkan LED
sebagai indikator adanya listrik. Batu baterai biasa dengan nilai tegangan 1,5
Volt mampu menyalakan sebuah LED. Dengan kondisi hasil tegangan yang kecil,
kita dapat menyediakan 5 buah tomat untuk menyalakan sebuah LED, atau 6 gelas
cuka atau 5 buah kentang, seperti yang pernah dilakukan di stand edufair
Tarakanita Citra Raya 2012.
No comments:
Post a Comment