Buku, Jendela Pengetahuan
Monday, March 4, 2013
Saturday, March 2, 2013
INDIKATOR ASAM DAN BASA
Asam adalah larutan yang
memiliki sifat masam dan biasanya mempunyai unsur H+
Basa adalah larutan yang
memiliki sifat pahit dan licin biasanya mempunyai senyawa OH-
Bagaimana cara mengetahui suatu
larutan itu mempunyai sifat asam atau basa?
Dapat diketahui dengan beberapa cara diantaranya adalah:
1.
Kertas lakmus
2.
Larutan Indikator
3.
Indikator Alami
Untuk mengetahui apakah suatu larutan itu bersifat asam dan basa dapat
dilakukan dengan cara yang sangat mudah
dan ekonomis yaitu dengan menggunakan
kertas lakmus dan indicator alami
Kertas lakmus
Kertas lakmus terdiri dari 2 tipe warna yaitu biru dan merah. Cara
menggunakannya sangat mudah, cukup membasahi
kertas lakmus dengan larutan yang akan di test.
No
|
Warna Kertas Lakmus
|
Larutan asam
|
Larutan basa
|
1
|
Merah
|
merah
|
biru
|
2
|
Biru
|
merah
|
biru
|
Indikator Alami
Indikator alami dapat dengan mudah dapat kita temukan yaitu:
Semua bahan digunakan untuk diambil
sarinya (diekstrak)
Cara membuat:
1.
Dapat dihaluskan dengan blender, cobek, diberi
air lalu diperas
2.
Dapat diiris lembut lalu di rendam pada air
panas didiamkan selama 15 menit dan disaring
No
|
Indicator alami
|
Warna asli
|
Pada larutan asam
|
Pada larutan basa
|
1
|
Kembang sepatu
|
Merah tua
|
merah
|
kuning
|
2
|
Kunyit
|
jingga
|
kuning
|
merah
|
3
|
Bayam merah
|
merah
|
Merah muda
|
kuning
|
4
|
Kubis ungu
|
ungu
|
Merah muda
|
hijau
|
PRAKTEK MENENTUKAN
SUDUT DAN MEDAN MAGNET DISEKITAR ARUS LISTRIK
Peserta didik kelas 9C
mempraktekan perhitungan sudut inklinasi dan deklinasi dan pengaruh medan
magnet yang ada di sekitar arus listrik dilaboratorium Fisika. Masing-masing
kelompok telah menyiapkan busur derajat
dan penggaris. Percobaan ini tidak terlalu sulit namun sedikit
membutuhkan waktu yang agak lama, karena para peserta didik dituntut dalam hal
pengamatan dan pembacaan sudut untuk menentukan sudut inklinasi dan deklinasi.
Bumi dipandang sebagai magnet
terbesar yang membujur dari utara ke selatan dan sebaliknya, magnet bumi
memiliki medan magnet yang dapat mempengaruhi jarum kompas untuk menunjukkan
arah. Peserta didik akan melakukan pengamatan mengenai simpangan pada jarum
kompas Alat yang akan digunakan telah tersedia di laboratorium antara lain 4
buah batu baterai 1,5 V dan tempatnya, sebuah saklar, sebuah lup atau kaca
pembesar, beberapa jepit buaya, kompas dan sebatang kawat tembaga. Busur
derajat dan penggaris digunakan untuk pengukuran angka yang ditunjuk. Pencatatan dilakukan dengan membuat tabel
pada selembar kertas HVS.
Peserta didik akan melakukan 2
kali percobaan yaitu dengan tegangan 3 V , yaitu mengunakan dua buah baterai
yang dirangkai sedri dan percobaan dengan tegangan 6 V,yaitu menggunakan empat
buah yang dirangkai seri. Peserta didik akan mengatur letak kompas terlebih
dahulu, kemudian batang kawat tembaga diletakan diatasnya sesuai dengan jarum
kompas dan busur derajat diletakkan tepat dibawah kompas dengan kondisi arah
utara, busur derajat diatur sehingga didapat angka 90. Dua buah batu baterai
dirangkai seri lalu kutub positif bateai disambung dengan jepit buaya pada
saklar. Petama, peserta didik akan mengamati simpangan jarum dalam kondisi
normal, kemudian ketika saklar ditutup, peserta didik akan melihat simpangannya
lalu mencatatnya dalam kondisi simpangan terhadap arah utara, arah timur dan
arah barat, untuk itu peseta didik perlu menggunakan lup untuk mengetahui sudut
yang tepat. Selanjutnya kutub positif baterai dibalik sehingga yang disambung
saklar adalah kutub positif baterai, pengamatan kembali dilakukan.
Peserta didik akan membandingkan
hasil simpangan yang ditunjukkan oleh angka akan sangat berbeda, peserta didik
akan memahami bahwa arus listrik akan mempengaruhi medan magnet. Peserta didik
juga akan mengetahui tegangan besar dan tegangan kecil akan mempengaruhi medan
magnet juga. Selain itu peserta didik akan lebih memahami Gaya Lorentz dan
kaidah tangan kanan. Dari praktikum ini peserta didik diharapkan dapat memahami
hubungan antara arus listrik dan medan magnet sehingga akan mudah memahami aplikasi induksi elektromagnetik.
Thursday, February 28, 2013
MEMBUAT BATERAI
BERDASARKAN PRINSIP SEL VOLTA
Dalam
kehidupan sehari-hari, kita telah mengenal banyak sekali batu baterai. Batu
baterai yang beredar di pasaran memiliki tegangan berkisar 1,5 Volt biasanya
berbentuk tabung dan 9 Volt yang biasanya berbentuk kotak. Tidak bisa
dipungkiri lagi, batu baterai sangat diperlukan sebagai sumber listrik yang
digunakan untuk menjalankan peralatan elektronika. Batu baterai ditemukan
berdasarkan prinsip kerja Sel Volta, yang memanfaatkan larutan asam sulfat (H2SO4)
sebagai larutan elektrolit dan 2 buah logam yaitu tembaga dan seng sebagai elektrodanya.
Untuk
membuat baterai berdasarkan sel volta, kita tidak perlu beresiko menggunakan
larutan asam sulfat, ada beberapa bahan yang bisa ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari sebagai pengganti asam sulfat. Sumber Arus Listrik merupakan salah
satu materi dari palajaran Fisika kelas 9. Penulis mengajak siswa-siswi kelas 9
untuk membandingkan tegangan yang dihasilkan dari beberapa bahan pengganti
larutan sulfat yang ada.
Berikut ini akan dijabarkan beberapa bahan dan
alat-alat yang digunakan untuk membuat sel volta sederhana.
Bahan yang digunakan
antara lain
- Ubi/ singkong, jeruk, mangga, kentang, tomat, jeruk nipis, lemon dan cuka sebagai larutan elektrolitnya.
- Paku seng sebagai elektroda dan kawat tembaga yang bisa didapat dari kabel instalasi listrik.
- Basicmeter atau multitester sebagai alat untuk mengetahui adanya tegangan sekaligus sebagai alat ukur.
- Jepit buaya sebagai penghubung.
- Gelas ukur dan lakban kertas jika larutan elektrolitnya cuka.
Cara membuatnya
- Untuk elektrolit dari buah-buahan, kita cukup menancapkan paku seng dan tembaga pada kedua sisinya. Namun jika yang digunakan cuka, cuka dituang sebanyak 50 ml pada gelas ukur, rekatkan mulut gelas dengan lakban kertas kemudian dilubangi dengan tembaga dan paku seng.
- Masing-masing logam dihubungkan dengan jepit buaya.
- Jepit buaya dihubungkan dengan multitester atau basicmeter.
- Kemudian diukur.
- Pilih selector pada DCV.
- Sambungkan dengan jepit buaya yang sisi lainnya telah tersambung dengan logam. Jika jarum bergerak mundur, maka sambungan jepit buaya ditukar.
- Perhitungan pada pengukuran bisa dilakukan seperti berikut
Contoh, jika jarum petunjuk menunjuk angka 12 dengan
skala maksimum 50, dan selector menunjukkan angka 2.5, maka dihitung sebagai
berikut:
Hasil data rata-rata
pecobaan 8 kelompok adalah sebagai berikut:
Nama bahan
|
Tegangan (VDC)
|
Nama bahan
|
Tegangan (VDC)
|
Ubi
|
0,41 V
|
Kentang
|
0,43 V
|
Jeruk
|
0,58 V
|
Tomat
|
0,74 V
|
Mangga
|
0,87 V
|
Jeruk nipis
|
0,2 V
|
Cuka
|
0,58 V
|
Lemon
|
0,53 V
|
Dari
data hasil percobaan yang diperoleh siswa-siswi, ternyata dapat disimpulkan
dengan urutan tegangan dari yang terkecil sampai tegangan yang paling besar,
yaitu jeruk nipis, ubi, kentang, cuka, lemon, jeruk, tomat, dan mangga. Namun
hasil yang diperoleh belum tentu akurat karena
- Adanya pengaruh peristiwa polarisasi yang terjadi pada batang elektroda, padahal batang-batang elektroda tersebut digunakan berkali-kali untuk pengamatan 8 kelompok.
- Proses pembacaan jarum pada basicmeter atau multitester analog.
- Proses perhitungan untuk menentukan nilai tegangan
Agar percobaan lebih menarik, dapat menambahkan LED
sebagai indikator adanya listrik. Batu baterai biasa dengan nilai tegangan 1,5
Volt mampu menyalakan sebuah LED. Dengan kondisi hasil tegangan yang kecil,
kita dapat menyediakan 5 buah tomat untuk menyalakan sebuah LED, atau 6 gelas
cuka atau 5 buah kentang, seperti yang pernah dilakukan di stand edufair
Tarakanita Citra Raya 2012.
Subscribe to:
Posts (Atom)